LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIK
KERJA LAPANG
PEMBUATAN HERBARIUM
DAUN DEWA
(Gynura segetum)
Oleh
KELOMPOK 1
Fatimah Azzahra (N11111002)
Habiburrahman (N11109110)
Anugrah Insani (N11111012)
Hasnani (N11111251)
Nur Shadrina (N11111111)
Andi Yulia Indriani (N11109323)
Muhammad Arif (N11111258)
Asisten : Subaedah Bahri
Golongan : Kamis Siang
M A K A S S A R
B A B I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu
ada di sekitar kita, baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja
dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman
obat, walaupun penggunaannya disebarkan secara turun-temurun maupun dari mulut
ke mulut (Yuniarti, 2008). Indonesia kaya akan berbagai keanekaragaman hayati
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat (Fajiriah,
dkk., 2007). Ini didukung dengan penelitian ilmiah, tumbuhan secara fungsional
tidak lagi dipandang sebagai bahan konsumsi maupun penghias saja, tetapi juga
sebagai tanaman obat yang multi fungsi. Mengingat biaya pengobatan yang tidak
terjangkau oleh semua orang, pengobatan alamiah dengan tanaman obat tradisional
dipandang sebagai alternatif yang terjangkau dan back to nature. Bahkan untuk fungsinya
sebagai tanaman obat sudah dikomersialkan sebagai lahan income yang sangat
menguntungkan (Yuniarti, 2008).
Kimia bahan alam
sangat penting peranannya dalam rangka pemanfaatan zat-zat kimia yang tersedia
di alam, terutama senyawa-senyawa yang aktif secara farmakologi sangat penting
ditinjau dari berbagai segi, misalnya senyawa alam hayati umumnya memiliki efek
samping yang ringan atau hampir tidak ada dibandingkan dengan senyawa sintetik
(Nawawi, dkk., 2010).
Penyanderaan
daun dewa (Gynura segetum)
berarti penampakan secara keseluruhan dari daun dewa (Gynura segetum)
yang tersusun atas
berbagai macam ragam sifat khas suatu tanaman. Hal ini diperlukan agar masyarakat
lebih mengetahui secara ilmiah mengenai daun dewa yang selama ini masih
digunakan secara tradisional dengan pemahaman turun-temurun.
Oleh sebab itu, pembuatan herbarium
dengan teknik penyanderaan ini diperlukan sebagai suatu alternatif sosialisasi
mengenai jenis tanaman tertentu agar dapat dimanfaatkan secara holistik.
I.2 Maksud dan Tujuan Penyanderaan
I.2.1 Maksud Penyanderaan
Menggambarkan
sifat luar (habitus) dari tumbuhan itu, kemudian uraian mengenai akar, batang,
daun, bunga, dan buah, serta alat-alat tambahan lainnya pada Daun Dewa(Gynura segetum).
I.2.2 Tujuan Penyanderaan
Menggambarkan dan menjelaskan bentuk morfologi,
anatomi, dan fisiologi tanaman Daun Dewa (Gynura
segetum) secara sistematis.
I.3 Prinsip Percobaan
Pengidentifikasian jenis tanaman dengan penentuan
kunci determinasi yang dibuat berdasarkan morfologi dan anatomi tumbuhan untuk
menjelaskan dan membedakan jenis tanaman dengan tanaman lain berdasarkan
familinya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 KLASIFIKASI TANAMAN
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales / Campanulatae
Ordo : Asterales / Campanulatae
Spesies : Gynura
segetum (Lour.) Merr. (1)
II.2 MORFOLOGI TANAMAN
Tanaman
daun dewa merupakan tumbuhan semak yang tumbuh tegak dengan tinggi 40-75 cm.
Batang pendek dan lunak, penampang lonjong, berambut halus, berwarna ungu
kehijauan, garis alur memanjang dan hanya bercabang ketika sudah tua. Daunnya
tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk bulat
telur, berdaging, berbulu halus, ujung tumpul, tepi bertoreh, pangkal
meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau tua, panjang daun 8-20 cm dan
lebar 5-10 cm. Bunga termasuk bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang,
berbentuk bonggol, berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan, benang sari kuning
berbentuk jarum. Bijinya berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm, berwarna
coklat. Akarnya merupakan akar tunggang, berwarna kuning muda, berbentuk umbi,
dan sebagai penyimpan cadangan makanan. (1)
II.3 KUNCI DETERMINASI
1b… , 2b… , 3b… , 4b… , 6b… , 7b… , 9b… , 10b… , 11b…
, 12b… , 13b… , 14b… , 16a… , 239b… , 243b… , 244b… , 248b… , 249b… , 250b… ,
266 a… , Compositae.(2)
II.4 KANDUNGAN KIMIA
Kandungan kimia daun dewa adalah
saponin, flavonoid, dan minyak atsiri (Kumalaningsih, 2008). Daun dewa
mengandung flavonoid berupa glikosida kuersetin dan beberapa asam fenolat yaitu
asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam
vanilat (Soetarno, 2006).(1)
II.5 KEGUNAAN
DAN CARA PENGGUNAAN
II.5.1 KEGUNAAN
Daun dewa (Gynura
segetum (Lour.)Merr.) dapat
digunakan untuk mengatasi luka bakar, luka teriris, bengkak terpukul, masuk
angin, luka terpukul, tidak datang haid, perdarahan pada perempuan, batuk,
muntah darah, bisul, koreng, ganglion, kutil, digigit ular berbisa, kejang
panas pada anak, dan lain-lain.(3)
II.5.2 CARA
PENGGUNAAN
1.
Luka bakar, luka teriris
Bahan : Umbi daun dewa
Cara membuat : Dicuci bersih lalu dipipis.
Tambahkan sedikit gula merah sehingga menjadi adonan seperti salep.
Cara penggunaan : Dibalurkan pada tubuh yang sakit, lalu
dibalut.
2.
Bengkak terpukul, masuk angin
Bahan : 6-9 gram umbi daun dewa segar.
Cara membuat : Diiris tipis-tipis, tambahkan arak
kuning (wong ciu) secukupnya lalu ditim.
Cara penggunaan : Diminum
3.
Luka terpukul, tidak datang haid
Bahan : 15-30 gram herba daun dewa segar.
Cara membuat : Ditumbuk atau direbus, ambil air
perasannya, tambahkan arak yang sudak dipanaskan.
Cara penggunaan : Diminum.
4.
Perdarahan pada perempuan, batuk dan muntah darah
Bahan : Sebatang tumbuhan
daun dewa dengan berat sekitar 15 gram.
Cara membuat : Dicuci lalu direbus dengan 3 gelas
air sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin dibagi untuk 3 kali minum, yaitu
pagi, siang, dan sore masing-masing setengah gelas.
5.
Bisul, koreng
Bahan : Herba daun dewa dan herba sosor bebek.
Cara membuat : Keduanya yang segar dengan ukuran
sama banyak setelah dicuci bersih lalu dipipis.
Cara penggunaan : Ditempelkan pada bisul atau koreng lalu
dibalut.
6.
Ganglion
Bahan : 7 lembar daun dewa.
Cara penggunaan : Dimakan setiap hari.
7.
Kutil
Bahan : Daun dewa segar secukupnya.
Cara membuat : Dicuci bersih lalu dipipis.
Cara
penggunaan : Bubuhkan pada kulit atau
bagian kuku yang cantengan lalu dibalut. Ganti sehari 2 kali.
8.
Digigit ular berbisa
Bahan : Umbi daun dewa secukupnya.
Cara membuat : Ditumbuk sampai halus.
Cara
penggunaan : Bubuhkan di bagian tubuh
yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut.
9.
Kejang panas pada anak
Bahan : Sebatang tumbuhan dewa.
Cara membuat : Air perasannya ditambah sedikit
arak.
Cara penggunaan : Diminum.
II. 6 DAERAH
ASAL
Daun dewa merupakan tumbuhan
asal Myanmar dan Cina. Pada masa VOC, ia masuk ke Indonesia melalui Srilanka.
Lantas, oleh orang-orang Tionghoa di Betawi ditanam sebagai tanaman obat. Nama
daun dewa berasal dari Sumatera lantaran tepiandaun yang bergerigi bak ornamen
baju para dewa. Herbal ini kerap disebut beluntas cina. Tak heran, ia memang
masih berkerabat dengan beluntas (Pluchea
indica). Sementara orang-orang asli
Cina menyebutnya samsit atau sanqicao. Ada juga yang menyebutnya ‘sambung
nyawa’.(4)
II.7 NAMA
DAERAH
Daun dewa (Sumatera), umbi dewa (Sumatera), Setawar barah (Melayu), Beluntas cina (Sumatera), Tigel kio (Jawa Barat), Sambung Nyawa
(Makassar), Daun Sangjo (Magelang).
II.8 DATA EKOLOGI
Tanaman
daun dewa tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m di atas permukaan laut, umumnya
tumbuh liar di kebun-kebun, tepi parit, atau tempat yang terbengkalai. Tanaman
ini diperbanyak dengan setek dan pemisahan umbi atau memindahanakan yang tumbuh
di sekitar pokok batang utama. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mulai
mengetahui manfaat tanaman ini untuk menjaga kesehatan dan dapat berperan
sebagai obat. Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah daunnya yang masih
segar dan umbinya yang kering.(1)
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian
1.200 m dpl (dari permukaan laut). Disamping itu, tanaman tersebut tumbuh di
daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500
mm/tahun dengan tanah yang agak lembab sampai subur.(3)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan
Bahan
III.1.1 Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis, cutter, gunting, kertas label, sasak, isolasi bening, pisau, pot plastik,
mikroskop, object glass, deck glass, lampu spiritus, korek api, parang, lakban,
pipet tetes.
III.1.2 Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu air, akuades, alkohol 70%, fluoroglusin, kapas, kertas
Koran, kloralhidrat, tanaman kumis kucing (Ortosiphon
stamineus)
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel
diambil segar dari pot beserta bagian- bagian yang masih utuh yaitu memiliki
akar, batang, dan daun tetapi akan lebih baik jika terdapat bunga dan buah.
Sampel
yang digunakan untuk pembuatan herbarium harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a.
Masih segar
b.
Memiliki bagian-bagian
(akar, batang, daun, rimpang dan bunga) yang masih utuh.
c.
Bebas dari gangguan
serangga dan kotoran lainnya.
III.2.2 Pembuatan
Herbarium Kering
Sampel
dipisahkan dari fragmen- fragmen asing dan kotoran yang melekat dengan
menggunakan air. Kemudian sampel yang telah bersih dioleskan dengan alkohol 70%
menggunakan kapas. Sampel diletakkan di atas kertas koran. Daun tanaman
diletakkan secara berselang-seling antara penampang bawah dengan penampang
atas. Letak tanaman dirapikan dengan menggunakan isolasi bening yang dilapisi
kertas. Tanaman dipress dengan sasak. Selanjutnya disimpan di tempat yang
kering dan terlindung sinar matahari langsung. Dibiarkan selama 1- 2 bulan
setelah itu sasak dibuka. Herbarium kemudian dibingkai dan dilengkapi dengan etiket
dan keterangan tentang kunci determinasi.
III.2.3 Pembuatan
Haksel
Sampel dipisahkan dari fragmen- fragmen asing dan kotoran
yang melekat dengan menggunakan air. Sampel yang telah bersih dioleskan dengan
alkohol 70% menggunakan kapas. Sampel dipisahkan antara bagian daun, batang dan
akar (termasuk buah dan bunga apabila ada). Daun dipotong menjadi beberapa
bagian apabila termasuk daun besar. Batang dan akar dipotong dengan panjang ± 5
cm. Sampel dimasukkan ke dalam oven atau dibiarkan dalam suhu kamar (misalnya di bawah tempat tidur) sampai
mengering.
III.2.4 Pembuatan
Serbuk
Sampel dipisahkan dari
fragmen- fragmen asing dan kotoran yang melekat dengan menggunakan air. Sampel
yang telah bersih dioleskan dengan alkohol 70% menggunakan kapas. Sampel dipisahkan
antara bagian daun, batang dan akar (termasuk buah dan bunga apabila ada).
Sampel dibiarkan dalam suhu kamar sampai
mengering. Sampel yang telah mengering dimasukkan kedalam blender kering sampai
kehalusannya mencapai 4/18 nomor ayakan. Kemudian disaring serbuk yang memenuhi
standar dan disimpan di dalam pot sampel yang sesuai.
III.2.5 Pemeriksaan
Makroskopik
III.2.5.1
Morfologi
Sampel diamati bagian daunnya,
meliputi bangun (bentuk) daun, ujung daun, tepi daun, pangkal daun, susunan
tulang daun, permukaan daun dan warna daun. Sampel diamati bagian batangnya,
meliputi bentuk batang, permukaan batang dan arah tumbuh batang dan cabang
batang. Sampel diamati bagian akarnya, meliputi sistem perakarannya, bentuk
akar dan sifat akar.
III.2.5.2 Haksel
Diamati bentuk haksel daun, batang,
dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Diamati warna haksel daun,
batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Dibaui haksel daun,
batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Dirasa haksel daun,
batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada).
III.2.6 Pemeriksaan
Mikroskopik
III.2.6.1 Daun
Daun diiris dengan irisan melintang
menggunakan bantuan serta diiris dengan irisan membujur (atas dan bawah) setipis
mungkin. Irisan diletakkan di atas objek gelas dan ditetesi dengan kloralhidrat
kemudian ditutup dengan deck glass. Irisan yang telah ditetesi kloralhidrat
kemudian difiksasi dengan api spiritus dan diamati di mikroskop meliputi bentuk
stomata dan anatomi jaringannya.
III.2.6.2 Batang
Batang diiris dengan irisan
melintang dan irisan membujur setipis mungkin. Irisan diletakkan di atas objek
gelas dan ditetesi dengan floroglusin. Ditutup dengan deck glass dan diamati di
mikroskop meliputi bentuk xilem dan floem serta anatomi jaringan lainnya
III.2.6.3 Akar
Akar diiris dengan irisan melintang
dan irisan membujur setipis mungkin. Irisan diletakkan di atas objek gelas dan
ditetesi dengan floroglusin. Ditutup dengan deck glass dan diamati di mikroskop
meliputi bentuk xilem dan floem, letak rambut penutp serta anatomi jaringan
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
niat baik berawal dari hati