salam

MySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace LayoutsMySpace Layouts

Senin, 18 Juni 2012

Laporan PKL Daun Dewa


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
PEMBUATAN HERBARIUM
DAUN DEWA
(Gynura segetum)
Oleh
KELOMPOK 1
Fatimah Azzahra                 (N11111002)
Habiburrahman                  (N11109110)
Anugrah Insani                   (N11111012)
Hasnani                                (N11111251)
Nur Shadrina                       (N11111111)
Andi Yulia Indriani              (N11109323)
Muhammad Arif                  (N11111258)
Asisten                  : Subaedah Bahri
Golongan             : Kamis Siang
M A K A S S A R
2 0 1 2


B A B  I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
            Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat, walaupun penggunaannya disebarkan secara turun-temurun maupun dari mulut ke mulut (Yuniarti, 2008). Indonesia kaya akan berbagai keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat (Fajiriah, dkk., 2007). Ini didukung dengan penelitian ilmiah, tumbuhan secara fungsional tidak lagi dipandang sebagai bahan konsumsi maupun penghias saja, tetapi juga sebagai tanaman obat yang multi fungsi. Mengingat biaya pengobatan yang tidak terjangkau oleh semua orang, pengobatan alamiah dengan tanaman obat tradisional dipandang sebagai alternatif yang terjangkau dan  back to nature. Bahkan untuk fungsinya sebagai tanaman obat sudah dikomersialkan sebagai lahan income yang sangat menguntungkan (Yuniarti, 2008).
Kimia bahan alam sangat penting peranannya dalam rangka pemanfaatan zat-zat kimia yang tersedia di alam, terutama senyawa-senyawa yang aktif secara farmakologi sangat penting ditinjau dari berbagai segi, misalnya senyawa alam hayati umumnya memiliki efek samping yang ringan atau hampir tidak ada dibandingkan dengan senyawa sintetik (Nawawi, dkk., 2010).
Penyanderaan daun dewa (Gynura segetum) berarti penampakan secara keseluruhan dari daun dewa (Gynura segetum)  yang tersusun atas berbagai macam ragam sifat khas suatu tanaman. Hal ini diperlukan agar masyarakat lebih mengetahui secara ilmiah mengenai daun dewa yang selama ini masih digunakan secara tradisional dengan pemahaman turun-temurun.
            Oleh sebab itu, pembuatan herbarium dengan teknik penyanderaan ini diperlukan sebagai suatu alternatif sosialisasi mengenai jenis tanaman tertentu agar dapat dimanfaatkan secara holistik.
I.2        Maksud dan Tujuan Penyanderaan
I.2.1     Maksud Penyanderaan
            Menggambarkan sifat luar (habitus) dari tumbuhan itu, kemudian uraian mengenai akar, batang, daun, bunga, dan buah, serta alat-alat tambahan lainnya pada Daun Dewa(Gynura segetum).
I.2.2     Tujuan Penyanderaan
            Menggambarkan dan menjelaskan bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi tanaman Daun Dewa (Gynura segetum) secara sistematis.


I.3        Prinsip Percobaan
            Pengidentifikasian jenis tanaman dengan penentuan kunci determinasi yang dibuat berdasarkan morfologi dan anatomi tumbuhan untuk menjelaskan dan membedakan jenis tanaman dengan tanaman lain berdasarkan familinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1       KLASIFIKASI TANAMAN
Kingdom         : Plantae
Super Divisi   : Spermatophyta
Divisi               : Magnoliophyta
Sub divisi       : Angiospermae
Kelas
              : Dicotyledoneae
Sub Kelas      : Asteridae
Ordo
                : Asterales / Campanulatae
Famili              Asteraceae / Compositae
Genus
             Gynura
Spesies          Gynura segetum (Lour.) Merr. (1)
II.2       MORFOLOGI TANAMAN
Tanaman daun dewa merupakan tumbuhan semak yang tumbuh tegak dengan tinggi 40-75 cm. Batang pendek dan lunak, penampang lonjong, berambut halus, berwarna ungu kehijauan, garis alur memanjang dan hanya bercabang ketika sudah tua. Daunnya tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur, berdaging, berbulu halus, ujung tumpul, tepi bertoreh, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau tua, panjang daun 8-20 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga termasuk bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, berbentuk bonggol, berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan, benang sari kuning berbentuk jarum. Bijinya berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm, berwarna coklat. Akarnya merupakan akar tunggang, berwarna kuning muda, berbentuk umbi, dan sebagai penyimpan cadangan makanan. (1)
II.3       KUNCI DETERMINASI
1b… , 2b… , 3b… , 4b… , 6b… , 7b… , 9b… , 10b… , 11b… , 12b… , 13b… , 14b… , 16a… , 239b… , 243b… , 244b… , 248b… , 249b… , 250b… , 266 a… , Compositae.(2)
II.4       KANDUNGAN KIMIA
Kandungan kimia daun dewa adalah saponin, flavonoid, dan minyak atsiri (Kumalaningsih, 2008). Daun dewa mengandung flavonoid berupa glikosida kuersetin dan beberapa asam fenolat yaitu asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat (Soetarno, 2006).(1)



II.5       KEGUNAAN DAN CARA PENGGUNAAN
II.5.1    KEGUNAAN
Daun dewa (Gynura segetum (Lour.)Merr.) dapat digunakan untuk mengatasi luka bakar, luka teriris, bengkak terpukul, masuk angin, luka terpukul, tidak datang haid, perdarahan pada perempuan, batuk, muntah darah, bisul, koreng, ganglion, kutil, digigit ular berbisa, kejang panas pada anak, dan lain-lain.(3)
II.5.2    CARA PENGGUNAAN
1.            Luka bakar, luka teriris
Bahan                         : Umbi daun dewa
Cara membuat          : Dicuci bersih lalu dipipis. Tambahkan sedikit gula merah sehingga menjadi adonan seperti salep.
Cara penggunaan     : Dibalurkan pada tubuh yang sakit, lalu dibalut.
2.            Bengkak terpukul, masuk angin
Bahan                         : 6-9 gram umbi daun dewa segar.
Cara membuat         : Diiris tipis-tipis, tambahkan arak kuning (wong ciu) secukupnya lalu ditim.
Cara penggunaan     : Diminum
3.            Luka terpukul, tidak datang haid
Bahan                         : 15-30 gram herba daun dewa segar.
Cara membuat         : Ditumbuk atau direbus, ambil air perasannya, tambahkan arak yang sudak dipanaskan.
Cara penggunaan     : Diminum.
4.            Perdarahan pada perempuan, batuk dan muntah darah
Bahan                         : Sebatang tumbuhan daun dewa dengan berat sekitar 15 gram.
Cara membuat         : Dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin dibagi untuk 3 kali minum, yaitu pagi, siang, dan sore masing-masing setengah gelas.

5.            Bisul, koreng
Bahan                         : Herba daun dewa dan herba sosor bebek.
Cara membuat          : Keduanya yang segar dengan ukuran sama banyak setelah dicuci bersih lalu dipipis.
Cara penggunaan     : Ditempelkan pada bisul atau koreng lalu dibalut.
6.            Ganglion
Bahan                         : 7 lembar daun dewa.
Cara penggunaan     : Dimakan setiap hari.
7.            Kutil
Bahan                         : Daun dewa segar secukupnya.
Cara membuat          : Dicuci bersih lalu dipipis.
Cara penggunaan    : Bubuhkan pada kulit atau bagian kuku yang cantengan lalu dibalut. Ganti sehari 2 kali.


8.            Digigit ular berbisa
Bahan                         : Umbi daun dewa secukupnya.
Cara membuat          : Ditumbuk sampai halus.
Cara penggunaan    : Bubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut.
9.            Kejang panas pada anak
Bahan                         : Sebatang tumbuhan dewa.
Cara membuat          : Air perasannya ditambah sedikit arak.
Cara penggunaan     : Diminum.
II. 6      DAERAH ASAL
            Daun dewa merupakan tumbuhan asal Myanmar dan Cina. Pada masa VOC, ia masuk ke Indonesia melalui Srilanka. Lantas, oleh orang-orang Tionghoa di Betawi ditanam sebagai tanaman obat. Nama daun dewa berasal dari Sumatera lantaran tepiandaun yang bergerigi bak ornamen baju para dewa. Herbal ini kerap disebut beluntas cina. Tak heran, ia memang masih berkerabat dengan beluntas (Pluchea indica). Sementara orang-orang asli Cina menyebutnya samsit atau sanqicao. Ada juga yang menyebutnya ‘sambung nyawa’.(4)
II.7       NAMA DAERAH
Daun dewa (Sumatera), umbi dewa (Sumatera), Setawar barah (Melayu), Beluntas cina (Sumatera), Tigel kio (Jawa Barat), Sambung Nyawa (Makassar), Daun Sangjo (Magelang).
II.8       DATA EKOLOGI

Tanaman daun dewa tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m di atas permukaan laut, umumnya tumbuh liar di kebun-kebun, tepi parit, atau tempat yang terbengkalai. Tanaman ini diperbanyak dengan setek dan pemisahan umbi atau memindahanakan yang tumbuh di sekitar pokok batang utama. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mulai mengetahui manfaat tanaman ini untuk menjaga kesehatan dan dapat berperan sebagai obat. Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah daunnya yang masih segar dan umbinya yang kering.(1)
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Disamping itu, tanaman tersebut tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembab sampai subur.(3)




 BAB III
METODE KERJA
III.1      Alat dan Bahan
III.1.1   Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis, cutter, gunting, kertas label, sasak, isolasi bening, pisau, pot plastik, mikroskop, object glass, deck glass, lampu spiritus, korek api, parang, lakban, pipet tetes.
III.1.2   Bahan
            Bahan yang digunakan yaitu air, akuades, alkohol 70%, fluoroglusin, kapas, kertas Koran, kloralhidrat, tanaman kumis kucing (Ortosiphon stamineus)
III.2      Cara Kerja
 III.2.1  Pengambilan Sampel
Sampel diambil segar dari pot beserta bagian- bagian yang masih utuh yaitu memiliki akar, batang, dan daun tetapi akan lebih baik jika terdapat bunga dan buah.
Sampel yang digunakan untuk pembuatan herbarium harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.         Masih segar
b.         Memiliki bagian-bagian (akar, batang, daun, rimpang dan bunga) yang masih utuh.
c.         Bebas dari gangguan serangga dan kotoran lainnya.
III.2.2   Pembuatan Herbarium Kering
Sampel dipisahkan dari fragmen- fragmen asing dan kotoran yang melekat dengan menggunakan air. Kemudian sampel yang telah bersih dioleskan dengan alkohol 70% menggunakan kapas. Sampel diletakkan di atas kertas koran. Daun tanaman diletakkan secara berselang-seling antara penampang bawah dengan penampang atas. Letak tanaman dirapikan dengan menggunakan isolasi bening yang dilapisi kertas. Tanaman dipress dengan sasak. Selanjutnya disimpan di tempat yang kering dan terlindung sinar matahari langsung. Dibiarkan selama 1- 2 bulan setelah itu sasak dibuka. Herbarium kemudian dibingkai dan dilengkapi dengan etiket dan keterangan tentang kunci determinasi.
III.2.3   Pembuatan Haksel
            Sampel dipisahkan dari fragmen- fragmen asing dan kotoran yang melekat dengan menggunakan air. Sampel yang telah bersih dioleskan dengan alkohol 70% menggunakan kapas. Sampel dipisahkan antara bagian daun, batang dan akar (termasuk buah dan bunga apabila ada). Daun dipotong menjadi beberapa bagian apabila termasuk daun besar. Batang dan akar dipotong dengan panjang ± 5 cm. Sampel dimasukkan ke dalam oven atau dibiarkan dalam suhu kamar  (misalnya di bawah tempat tidur) sampai mengering.
III.2.4   Pembuatan Serbuk
                        Sampel dipisahkan dari fragmen- fragmen asing dan kotoran yang melekat dengan menggunakan air. Sampel yang telah bersih dioleskan dengan alkohol 70% menggunakan kapas. Sampel dipisahkan antara bagian daun, batang dan akar (termasuk buah dan bunga apabila ada). Sampel dibiarkan dalam suhu kamar  sampai mengering. Sampel yang telah mengering dimasukkan kedalam blender kering sampai kehalusannya mencapai 4/18 nomor ayakan. Kemudian disaring serbuk yang memenuhi standar dan disimpan di dalam pot sampel yang sesuai.
III.2.5   Pemeriksaan Makroskopik
III.2.5.1   Morfologi
            Sampel diamati bagian daunnya, meliputi bangun (bentuk) daun, ujung daun, tepi daun, pangkal daun, susunan tulang daun, permukaan daun dan warna daun. Sampel diamati bagian batangnya, meliputi bentuk batang, permukaan batang dan arah tumbuh batang dan cabang batang. Sampel diamati bagian akarnya, meliputi sistem perakarannya, bentuk akar dan sifat akar.

III.2.5.2   Haksel
            Diamati bentuk haksel daun, batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Diamati warna haksel daun, batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Dibaui haksel daun, batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada). Dirasa haksel daun, batang, dan akarnya (ditambah bunga dan buah apabila ada).
III.2.6   Pemeriksaan Mikroskopik
III.2.6.1   Daun
            Daun diiris dengan irisan melintang menggunakan bantuan serta diiris dengan irisan membujur (atas dan bawah) setipis mungkin. Irisan diletakkan di atas objek gelas dan ditetesi dengan kloralhidrat kemudian ditutup dengan deck glass. Irisan yang telah ditetesi kloralhidrat kemudian difiksasi dengan api spiritus dan diamati di mikroskop meliputi bentuk stomata dan anatomi jaringannya.
III.2.6.2   Batang
            Batang diiris dengan irisan melintang dan irisan membujur setipis mungkin. Irisan diletakkan di atas objek gelas dan ditetesi dengan floroglusin. Ditutup dengan deck glass dan diamati di mikroskop meliputi bentuk xilem dan floem serta anatomi jaringan lainnya

III.2.6.3   Akar
            Akar diiris dengan irisan melintang dan irisan membujur setipis mungkin. Irisan diletakkan di atas objek gelas dan ditetesi dengan floroglusin. Ditutup dengan deck glass dan diamati di mikroskop meliputi bentuk xilem dan floem, letak rambut penutp serta anatomi jaringan lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

niat baik berawal dari hati

Followers

Label

Ceritaku (2) Cinta (1) Corat-coret (3) edukasi (3) Gaje (1) Ilmu (3) Inspirasi (2) IPMI (2) Kisah (3) Opini (1) Renungan (3) Tugas (2)