Ini adalah tulisanku saat daurah, waktu itu dapat tugas. Hehe, baru buka-buka lagi tulisan lama.
“Ku Pilih Jalan Ini, Semoga
Allah Memilihku Berada Di Atasnya”
Hidup adalah sebuah pilihan. Mungkin kalimat itu sering kita
dengar dari banyak orang yang kita temui. Jika hanya mendengarnya, mungkin
takkan bermakna apa-apa, tapi itulah kenyataan yang sering kita hadapi, mau
ataupun tidak, suka atau tidak suka. Ketika diajak pergi makan -misalnya- kita
bisa memilih mau ikut atau tidak, memilih sekolah yang akan kita masuki,
memilih pakaian yang ingin kita kenakan, memilih jalan mana yang ingin kita
ambil ketika pergi ke kampus atau sekolah, dan pilihan-pilihan lain. Begitupun
dengan jalan dakwah, kita harus memilih mau berada di atasnya atau berpaling ke
jalan lain.
Allah subehanahu wata’ala berfirman dalam kalam-Nya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S
13:12)
Ya, benar, Allah subehanahu
wata’ala yang memberikan kita kesempatan memilih, ingin merubah keadaan kita
atau tidak, karena Allah akan merubah keadaan kita jika kita yang merubahnya
pertama kali.
Memilih bukanlah hal yang sulit
sebenarnya, tinggal mengatakan “mau atau tidak”, tetapi komitmen di atas
pilihan itu yang terkadang sulit. Sulit bukan berarti tidak mungkin. Begitu
pula dengan jalan dakwah. Memilih jalan dakwah sebenarnya tidaklah sulit,
tetapi komitmen di atasnya terkadang terasa berat. Mengapa berat? Karena
kebaikan selalu dipenuhi hal yang tidak disukai hawa nafsu. Ketika sedang
beristirahat di rumah tiba-tiba dipanggil untuk musyawarah, misalnya, sebagian
dari kita akan merasa berat. Atau ketika kita baru tiba di rumah, hp berdering dari saudari kita di forum,
juga akan membuat kita merasa berat, atau tantangan-tantangan eksternal yang
menyerang kita misalnya dari keluarga, lingkungan kampus atau sekolah, dan
lainnya. Tapi, melewati semua onak dan duri di jalan ini memang memiliki akhir
yang indah, Surga Allah.
Memilih dan komitmen bukan
sepenuhnya unsure yang benar-benar bisa meneguhkan kita di jalan ini. Bukankah
dalam ayat tadi Allah mengingatkan,” Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Ya, semua kembali kepada Allah. Ketika
kita telah memilih jalan ini dan berniat komitmen di atasnya, maka mintalah
kepada Allah, semoga Dia memilih kita berada di atasnya. Begitu banyak orang
yang dalam hatinya ingin berubah, tetapi Allah belum memilih mereka berubah,
banyak yang ingin ikut ta’lim tetapi Allah belum memilih mereka menghadiri
ta’lim itu karena hal lain misalnya.
Jalan ini, bukan berarti
sepenuhnya di tangan kita. Kita terkadang selalu bertumpu pada kekuatan kita,
dan melupakan bahwa Allah yang memenangkan kita, Allah yang membantu kita.
“Maka (yang
sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S 8:17)
Ya, Allah,
Ku Pilih Jalan Ini, Semoga Engkau juga memilihku berada di atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
niat baik berawal dari hati